Mbah Amad (Aki) – Majalengka

Mbah Amad (Aki) – Majalengka

Mbah Amad (79 tahun) atau juga dikenal sebagai Aki, tinggal di kecamatan Palasah, Majalengka. Beliau bermata pencaharian sebagai penjual opak. Mbah setua itu, tiap hari harus angkat bakul jualan seberat 20-30 kg .

Biasanya mbah Amad mulai berangkat jualan sekitar jam 24.00 – 01.00 WIB dan berjalan kaki ke Tanah Kusir.

Mbah Amad tinggal dengan lima orang temannya, dan dari teman-temannya itu beliau yang paling tua. Kondisi rumah mbah tidak layak, beliau tidur diatas kardus.

Alhamdulillah Stichting Indahnya Sedekah Nederland dapat ikut membantu Mbah Amad dengan memberi uang Rp.. 250.000, insyaaAllah kami dapat membantu Mbah selanjutnya.

 

 

 

Mak Wasi – Garut

Mak Wasi – Garut

Beliau adalah mak Wasi tinggal sebatang kara dalam kondisi tidak melihat 😣 Penyakit mata beliau semenjak beliau umur 2 tahun, matanya diluar sampai usia 7 tahun lalu dibawa ke pengobatan tradisional dari usia 2 sampai 7 tahun. Kalau beliau mau duduk saja harus tengadah takut matanya jatuh katanya.😣😣😣 Dari usia 2 tahun ada ada cacing di ujung mata emak (saya ga bisa bayangin😣) karena dulu kondisi keluarga emak kurang mampu jadi dibawa lah ke pengobatan tradisional sampai mata mak bisa masuk ke dalam.
Sekarang dengan segala keterbatasannya beliau masih bisa memasak sendiri, Alhamdulillah kadang untuk makan beliau dikasih para tetangga. Beliau sudah hafal jalan ke mesjid….untuk sekedar sholat dan pengajian (hebat yah si emak ini…)
Setiap malam beliau kedinginan….karena bilik rumahnya bolong bolong…..
Setelah beliau diberi sembako saja beliau sampai nangis terus saking bahagianya….

insyaAllah beliau diberikanNya yang terbaik dan semoga beliau dapat kami tolong dengan sembako rutin.

Sumber: ibu Lia Ismi Farissa

Pak Subari – Bali

Pak Subari – Bali

Assalaamualaikum,
Alhamdulillah, Indahnya Sedekah Nederland sudah mempunyai relawan di Bali, yaitu pak Novan. Lewat pak Novan alhamdulillah kita sudah bisa bersedekah untuk pak Subari.

=====

Pak Subari.
Penjual cobek Denpasar – Bali

Ini pak Subari asal Kebumen, 82thn pekerjaannya menjual cobek (cowet) di Den pasar Bali. Istri dan 6 anaknya dikampung. Di Denpasar pak Subari kost kamar yang sederhana Rp 150 ribu per bulan. Penghasilannya tidak tentu, kadang tidak ada sama sekali. Kasihan sekali, kebayang betapa beratnya memikul cobek2..😣…
Untuk makan sehari-hari pak Subari selalu beli makanan jadi. Rp 500 ribu sudah kita sedekahkan, katanya akan dipakai untuk ongkos pulang kampung pas Mauludan nanti.

Ketika pak Novan datang ketempat kostnya, ternyata di tempat kost nya itu masih ada 8 orang kakek-kakek yang senasib seperti pak Subari. Kebanyakan mereka merantau ke Bali jauh dari keluarga di kampung.
Insya Allah untuk mereka pun kita akan bersedekah… laporannya akan segera menyusul.

Terima kasih untuk sedekahnya ibu-ibu dan bapak-bapak..

Bapak Karmuji

Bapak Karmuji

Bapak Karmuji tinggal di Ngantang wilayah kabupaten Malang dan beliau kehilangan kaki kirinya. Dengan konsidinya beliau tetap bersemangat dan bermatapencaharian membuat tempat/alas piring dari anyaman bambu. Saat ini proses pengukuran kaki palsu sudah terlaksanakan. InsyaaAllah proses pembuatan kaki palsu beliau berjalan dengan lancar dan cepat. Amiiin ya Rabb.

Pak Aja – Garut

Pak Aja – Garut

Pak Aja, tinggal bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil di gubuk ukuram 2x2m.. tidak ada kursi  atau tempat tidur.
Tangan kiri Pak Aja lumpuh setelah kena stroke. Sehari-hari bekerja menjadi tukang parkir dengan penghasilan Rp 15000 per hari.. itupun kalau ramai.
Sekarang sedang dicarikan tempat kontrakan untuk pak Aja sekaligus membantu mewujudkan keinginan beliau berjualan molen.

Yang dibutuhkan saat ini adalah
1. Tempat tinggal untuk Pak Aja
2. Kasur, lemari dan kebutuhan lainnya karena memang di rumah pak Aja tidak ada apa apa.
3. Modal untuk pak Aja berjualan (gerobak, kompor, gas dan juga kebutuhan untuk membuat molen)

Ibu Yuli

Ibu Yuli

Assalaamu’alaikum….

Namanya ibu Yuli..
Ibu ini korban #BanjirBandangGarut.
Sampai sekarang masih tinggal di pengungsian..Ibu Yuli rumahnya hancur tak bersisa. Suaminya terbawa hanyut dan sudah dipastikan meninggal walaupun belum diketemukan sampai sekarang.
Anaknya yang berusia 4 tahun juga terbawa hanyut, ditemukan dalam kondisi meninggal.
Sekarang ibu Yuli tinggal dengan anaknya bernama Fajar kelas 2 SMP.
ketika ditemui ibu Yuli sedang mengadakan tahlilan untuk suami dan anaknya.
Untuk tetap bisa bertahan hidup bersama dan demi anaknya Bu Yuli bercita cita untuk meneruskan  jualan almarhum suaminya.
Ibu Yuli ingin berjualan es buah seperti almarhum suaminya berjualan es buah di salah satu SD.

Alhamdulillah, bersama beberapa teman-teman kita di Garut, kita sudah bersedekah membantu mewujudkan impian bu Yuli ini.
Hari ini teh Lia sudah menyerahkan:
1 buah Freezer
1 buah  cooler box
Coklat dan buah buahan

Semoga sedekah kita bisa memberi semangat hidup bu Yuli dan putranya… Amiin..
Terima kasih utk sedekahnya ibu-ibu…

Wassalamu’alaikum

20/11/2016 Update bu Yuli dari teh Lia

Pagi ini saya ingin bercerita tentang bu Yuli.
Dapat telpon dari pengurus Rusunawa bahwa jasad suami bu Yuli sudah ditemukan. Kemarin sudah dikuburkan berdampingan dengan anaknya yang juga korban banjir.
Pas ketemu bu Yuli bercerita tentagn do’a do’anya selama ini. Salah satunya do’a agar jasad suaminya ditemukan dalam kondisi apapun. Alhamdulillah Allah kabulkan do’a bu Yuli satu per satu. “Ya allah abi mah tos ridho,asal jasad na kapendak,ridho Pa…ieu usaha tos diteraskeun ku abi” 😭😭😭😭
Pertemuan kita diakhiri dengan ucapan…”hatur nuhun Bu…abi tiasa neraskeun perjuangan suami milari nafkah jalan na ku ibu sareng nu sanes nu ngabantos abdi,abdi teu yiasa ngabales,mung tiasa ngadoakeun dina sholat abi..”
Ah nangis saya….ada do’a lg dari orang-orang merasa telah dibahagiakan oleh para dermawan. Terimakasih…jazakumullah ahsanal jazaa untuk semua
Bu Yuli bisa punya keuntungan Rp80.000 per hari 😊😊😊 sebagian ditabung Alhamdulillah…

Simbah Saliyah

Simbah Saliyah

Pembuat kulit ketupat dr Sleman Jogja.

Saya dapat info tentang simbah ini dari mbk Kenny, dan sudah melihat videonya yang ditayangkan oleh Trans TV beberapa waktu yang lalu.

Setelah itu saya minta bantuan mbk Tirta di jogja, untuk mencari rumah simbah ini di Sleman dan Alhamdulillah mbk Tirta sdh menemukan rumah beliau dan bertemu langsung dengan  simbah Saliyah ini…

Usia simbah sudah 80 tahun lebih, penglihatan dan pendengaran beliau masih jelas.
Per hari biasanya bisa membuat 500an selongsong ketupat, per 100 nya dihargai Rp. 3000,00!! Hanya cukup utk membeli nasi bungkus…

Insya Allah mulai oktober nanti kita akan memberi santunan sembako rutin kepada simbah Saliyah ini…

Abah Akrim

Abah Akrim

#Abah Akrim penjual abu gosok.

Minggu, 19 September 2016 kami telah mengunjungi Abah Akrim di rumahnya yang terletak di Cariu. Selama perjalanan, kami tidak habis pikir Abah berjalan kaki sejauh ini. Kami yang hanya duduk di mobil angkutan saja sudah merasakan lelah dan jauhnya. Benar kata Abah, kalau beliau naik angkutan umum uang yang abah dapat habis untuk ongkos. Apalagi dari tempat turun angkutan mobil ELF ke rumah abah harus naik ojek. Medannya pun melewati sawah, kali, dan jalan yang berkelok-kelok.

Sesampainya di rumah Abah, kami bertemu beliau bersama istrinya. Sebelumnya kami harus menunggu satu jam karena Abah dan nenek harus dijemput dulu dari tempat hajatan yang lokasinya jauh dari rumahnya. Abah, selalu memakai sandal yang sama saat berjualan bahkan saat ke acara hajatan. Sandal yang mungkin bagi kita sudah tidak layak pakai.

Saat bertemu Abah, beliau mengajak kami masuk ke rumahnya. Kami melihat rumah abah berdinding bambu dan beberapa bagian ditambal plastik. Kalau hujan angin pasti air masuk ke dalam rumah. Alas rumahnya hanya tanah, dinding rumah beliau yang menempel rumah tetangga hanya setengah bagian itupun hanya terbuat dari bambu. Lampu penerangan hanya satu, kamar tidur ala kadarnya dan di bawah kasur terdapat kandang entok. Tidak ada kamar mandi, abah menumpang mandi di ruang terbuka tak jauh dari rumahnya dan mengambil air dari sumur di sana. Dapur pun tidak banyak perabotan. Makanan yang ada di dapur pun kami hanya melihat beberapa buah timun dan ada yang sudah busuk.

Abah dan nenek sangat senang menerima bantuan sembako, setidaknya mereka bisa merasakan makan dengan lauk yang sedikit enak. Biasanya abah makan hanya nasi dengan garam, nasi dengan sambal, atau nasi dengan ikan jika ada uang lebih.

Kami berniat untuk memperbaiki rumah Abah dan menambah perabotan agar bisa tinggal dengan lebih nyaman.