#Abah Akrim penjual abu gosok.
Minggu, 19 September 2016 kami telah mengunjungi Abah Akrim di rumahnya yang terletak di Cariu. Selama perjalanan, kami tidak habis pikir Abah berjalan kaki sejauh ini. Kami yang hanya duduk di mobil angkutan saja sudah merasakan lelah dan jauhnya. Benar kata Abah, kalau beliau naik angkutan umum uang yang abah dapat habis untuk ongkos. Apalagi dari tempat turun angkutan mobil ELF ke rumah abah harus naik ojek. Medannya pun melewati sawah, kali, dan jalan yang berkelok-kelok.
Sesampainya di rumah Abah, kami bertemu beliau bersama istrinya. Sebelumnya kami harus menunggu satu jam karena Abah dan nenek harus dijemput dulu dari tempat hajatan yang lokasinya jauh dari rumahnya. Abah, selalu memakai sandal yang sama saat berjualan bahkan saat ke acara hajatan. Sandal yang mungkin bagi kita sudah tidak layak pakai.
Saat bertemu Abah, beliau mengajak kami masuk ke rumahnya. Kami melihat rumah abah berdinding bambu dan beberapa bagian ditambal plastik. Kalau hujan angin pasti air masuk ke dalam rumah. Alas rumahnya hanya tanah, dinding rumah beliau yang menempel rumah tetangga hanya setengah bagian itupun hanya terbuat dari bambu. Lampu penerangan hanya satu, kamar tidur ala kadarnya dan di bawah kasur terdapat kandang entok. Tidak ada kamar mandi, abah menumpang mandi di ruang terbuka tak jauh dari rumahnya dan mengambil air dari sumur di sana. Dapur pun tidak banyak perabotan. Makanan yang ada di dapur pun kami hanya melihat beberapa buah timun dan ada yang sudah busuk.
Abah dan nenek sangat senang menerima bantuan sembako, setidaknya mereka bisa merasakan makan dengan lauk yang sedikit enak. Biasanya abah makan hanya nasi dengan garam, nasi dengan sambal, atau nasi dengan ikan jika ada uang lebih.
Kami berniat untuk memperbaiki rumah Abah dan menambah perabotan agar bisa tinggal dengan lebih nyaman.